Oleh karena itu,
peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu
karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri.
Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah Swt.
dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut,
kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata diciptakan
agar bisa memberi petunjuk padamu
di waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya
engkau melihat semua
keajaiban langit dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari
tanda-tanda kekuasaan-Nya. Maka
dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar
bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang
muslim.
Adapun telinga,
maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji, takut
pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut diciptakan untukmu agar engkau bisa mendengar kalam
Allah Swt, sunah Rasulullah
Saw, dan kata hikmah para wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk
bisa menggapai surga yang
penuh kenikmatan, kekal abadi
di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu
yang dibenci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang
seharusnya bisa mengantarkanmu menuju kesuksesan, menjadi mengantarkanmu menuju
kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa
dosanya hanya dibebankan
kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa. Karena, dalam
riwayat disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah
salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah
(bergunjing).
Adapun lidah,
maka ia diciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah Swt,
membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta
mengungkapkan kebutuhan agama
dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan
pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat
Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia
diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan
oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia
tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,
"Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin
membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka
selama tujuh puluh musim." Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada
seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw.
Lalu seseorang berkata,
"Selamat baginya yang telah memperoleh surga!" Tapi Rasul Saw.
kemudian bersabda, "Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan
sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya." Maka,
peliharalah lidahmu dari delapan
perkara:
Pertama:
berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan
kau biasakan dirimu berdusta dalam canda
karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian,
jika engkau dikenal mempunyai sifat
seperti itu (pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk
selanjutnya engkau akan hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin
mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah
perkataan dusta yang dilakukan orang lain serta bagaimana engkau membenci,
meremehkan, dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib
dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi
lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain
membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada
dirimu.
Kedua: menyalahi
janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya.
Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan
dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau
ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada
halangan darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak. Nabi
Saw. bersabda, "Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke
dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia
berkhianat."
Ketiga: gibah
(menggunjing). Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang
yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang
pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan
seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu
engkau lakukan, maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya,
walaupun engkau berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu,
misalnya engkau nyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, "Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya
sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan
dia." Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari
pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih
tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka
berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan
demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau
engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya.
Cukuplah firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah, "Jangan sebagian
kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian
senang memakan daging
saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya" (Q.S.
al-Hujurat: 12).
Allah
mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung,
engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang
tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau
menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk
menghindari apa yang kau nisbatkan
padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika
kejelekanmu disebutkan, ia
juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi
aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik
kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para
makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu
engkau tidak menemukan aib dan kekurangan,
baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu
merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada
kedunguan tersebut. Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya
Dia akan memperlihatkan aib-aibmu.
Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada
Allah Swt. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan
kehormatan mereka. Sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat:
mendebat orang. Karena, dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga
diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan.
Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala
engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi Saw.
bersabda, "Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan
salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa
yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi."
Jangan sampai
engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, "Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu
kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan
tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka
yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan
dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah
nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika
tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak
daripada kebaikan yang ditimhulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para
fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su'
tersebut mengatakan padanya
bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena
itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah,
perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Kelima:
mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, "Jangan kalian
merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa" (Q.S.
an-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang
buruk?" Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji dirinya
sendiri." Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu
akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka
Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat
manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di
belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika
engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu
akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Keenam: mencela.
Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan,
ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang
menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua
rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara
hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya,
"Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?"
Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau
melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan
dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu
makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu
pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela
makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya.
Jika tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh:
mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan
keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu,
maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan,
"Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya
sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu
kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat." Sebagian orang
terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf berkata,
"Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya,
sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya."
Kedelapan:
bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi
serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka
dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh
karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda
denganmu,jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.
Semua itu
merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan
darurat. diceritakan bahwa
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan
sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau
menunjuk lidahnya lalu berkata, "Inilah yang menjadi segala sumber bagiku.
kekanglah ia sekuat tenagamu,
karena ia merupakan faktor
utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat."
Adapun perut,
maka jangan kau isi ia dengan barang
haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah
mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa
membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan anggota
badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu
tentara setan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan,
bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi
makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa
cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari semalam
memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi
manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat banyak.
Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui
bahwa itu adalah haram. Atau setelah dilihat dari ciri-ciri yang terkait
dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apayang
sudah diketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat dugaan
tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa dan para pekerjanya,
harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar, riba, judi,
dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram, maka
apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena
adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf
tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat,
kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian
adalah haram.
Kami telah
menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal, dan haram dalam
satu kajian tersendiri pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut
karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim
sebagaimana salat lima waktu.
Adapun kemaluan,
peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana yang
disebutkan Allah Swt, "Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat
dicela" (Q.S. al-Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan
menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta
menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang. Karena, semua itu
merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan,
harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang
rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan,
serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan
lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau
menjaga lidah.
Janganlah engkau
pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim. Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang
besar karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah
berbuat lalirn. Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari
mereka dalam firman-Nya yang berbunyi, "Janganlah kalian condong kepada
mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian
tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian tidak ditolong" (QS.
Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti
engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, "Siapa yang
bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang." ini terhadap orang kaya yang saleh,
lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya,
ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan
nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu
dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu,
sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun
Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa
tergantung pada amal perbuatannya. Jangan sampai engkau berkata, "Allah
Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha Mengampuni dosa mereka yang
bermaksiat." Ini merupakan ungkapan yang benar tapi ditujukan pada sesuatu
yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti kata Rasul Saw.,
"Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan beramal
untuk hari sesudah mati. Sedangkan
orang yang dungu adalah yang mengikuti
hawa nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah”.
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang
yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk
dengan sesuatu yang batil lalu berkata, "Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi dan
wali-Nya tanpa usaha dan
belajar." Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau
menanam, berdagang, atau
berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia memiliki
kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian
dari khazanah kekayaan-Nya sehingga
aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hamba-Nya." Jika engkau
mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua orang itu
bodoh dan engkau pasti mengejeknya
walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian
pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama
akan menertawakanmu jika engkau menuntut
ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, "Bagi manusia apa yang ia
usahakan" (Q.S. an-Najm: 39), "Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian" (Q.S. ath-Thar: 16), "Orang-orang
abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu
berbuat dosa berada di neraka
Jahim" (Q.S. al-Infithar:
13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari
harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk
akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik
di dunia maupun di akhirat.
Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan
syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran
jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan
engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam. Sedangkan
orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia diampuni.
Ini adalah
beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga harus
membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketakwaan secara batin. Hati
adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik. Tapi
jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah
untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati
menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah.
Ketahuilah,
bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang dan
melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena
melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan
syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW.
bersabda, "Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan,
sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya."
Ketahuilah bahwa ketika engkau bermaksiat sesungguhnya engkau melakukan maksiat
tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan nikmat dan amanat Allah
yang diberikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangkat bermaksiat
kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat yang dititipkan
Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota
badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan dengan baik bagaimana
kamu menggembalakan mereka. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Sadarlah bahwa semua anggota
badanmu akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia
akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah Swt. berfirman,
"Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan" (Q.S. an-Nur: 24) Allah Swt
berfirman, "Pada hari ini, Kami tutup mulut
mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi saksi atas apa
yang mereka kerjakan" (Q.S. Yasin: 65).
Oleh karena itu,
peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu
karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri.
Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah Swt.
dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut,
kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata diciptakan
agar bisa memberi petunjuk padamu
di waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya
engkau melihat semua
keajaiban langit dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari
tanda-tanda kekuasaan-Nya. Maka
dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar
bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang
muslim.
Adapun telinga,
maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji, takut
pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut diciptakan untukmu agar engkau bisa mendengar kalam
Allah Swt, sunah Rasulullah
Saw, dan kata hikmah para wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk
bisa menggapai surga yang
penuh kenikmatan, kekal abadi
di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu
yang dibenci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang
seharusnya bisa mengantarkanmu menuju kesuksesan, menjadi mengantarkanmu menuju
kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa
dosanya hanya dibebankan
kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa. Karena, dalam
riwayat disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah
salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah
(bergunjing).
Adapun lidah,
maka ia diciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah Swt,
membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta
mengungkapkan kebutuhan agama
dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan
pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat
Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia
diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan
oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia
tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,
"Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin
membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka
selama tujuh puluh musim." Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada
seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw.
Lalu seseorang berkata,
"Selamat baginya yang telah memperoleh surga!" Tapi Rasul Saw.
kemudian bersabda, "Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan
sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya." Maka,
peliharalah lidahmu dari delapan
perkara:
Pertama:
berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan
kau biasakan dirimu berdusta dalam canda
karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian,
jika engkau dikenal mempunyai sifat
seperti itu (pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk
selanjutnya engkau akan hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin
mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah
perkataan dusta yang dilakukan orang lain serta bagaimana engkau membenci,
meremehkan, dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib
dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi
lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain
membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada
dirimu.
Kedua: menyalahi
janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya.
Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan
dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau
ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada
halangan darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak. Nabi
Saw. bersabda, "Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke
dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia
berkhianat."
Ketiga: gibah
(menggunjing). Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang
yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang
pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan
seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu
engkau lakukan, maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya,
walaupun engkau berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu,
misalnya engkau nyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, "Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya
sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan
dia." Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari
pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih
tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka
berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan
demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau
engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya.
Cukuplah firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah, "Jangan sebagian
kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian
senang memakan daging
saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya" (Q.S.
al-Hujurat: 12).
Allah
mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung,
engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang
tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau
menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk
menghindari apa yang kau nisbatkan
padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika
kejelekanmu disebutkan, ia
juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi
aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik
kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para
makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu
engkau tidak menemukan aib dan kekurangan,
baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu
merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada
kedunguan tersebut. Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya
Dia akan memperlihatkan aib-aibmu.
Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada
Allah Swt. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan
kehormatan mereka. Sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat:
mendebat orang. Karena, dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga
diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan.
Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala
engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi Saw.
bersabda, "Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan
salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa
yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi."
Jangan sampai
engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, "Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu
kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan
tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka
yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan
dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah
nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika
tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak
daripada kebaikan yang ditimhulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para
fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su'
tersebut mengatakan padanya
bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena
itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah,
perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Kelima:
mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, "Jangan kalian
merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa" (Q.S.
an-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang
buruk?" Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji dirinya
sendiri." Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu
akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka
Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat
manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di
belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika
engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu
akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Keenam: mencela.
Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan,
ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang
menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua
rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara
hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya,
"Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?"
Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau
melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan
dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu
makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu
pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela
makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya.
Jika tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh:
mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan
keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu,
maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan,
"Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya
sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu
kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat." Sebagian orang
terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf berkata,
"Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya,
sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya."
Kedelapan:
bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi
serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka
dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh
karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda
denganmu,jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.
Semua itu
merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan
darurat. diceritakan bahwa
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan
sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau
menunjuk lidahnya lalu berkata, "Inilah yang menjadi segala sumber bagiku.
kekanglah ia sekuat tenagamu,
karena ia merupakan faktor
utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat."
Adapun perut,
maka jangan kau isi ia dengan barang
haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah
mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa
membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan anggota
badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu
tentara setan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan,
bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi
makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa
cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari semalam
memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi
manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat banyak.
Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui
bahwa itu adalah haram. Atau setelah dilihat dari ciri-ciri yang terkait
dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apayang
sudah diketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat dugaan
tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa dan para pekerjanya,
harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar, riba, judi,
dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram, maka
apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena
adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf
tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat,
kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian
adalah haram.
Kami telah
menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal, dan haram dalam
satu kajian tersendiri pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut
karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim
sebagaimana salat lima waktu.
Adapun kemaluan,
peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana yang
disebutkan Allah Swt, "Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat
dicela" (Q.S. al-Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan
menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta
menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang. Karena, semua itu
merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan,
harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang
rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan,
serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan
lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau
menjaga lidah.
Janganlah engkau
pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim. Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang
besar karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah
berbuat lalirn. Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari
mereka dalam firman-Nya yang berbunyi, "Janganlah kalian condong kepada
mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian
tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian tidak ditolong" (QS.
Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti
engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, "Siapa yang
bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang." ini terhadap orang kaya yang saleh,
lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya,
ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan
nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu
dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu,
sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun
Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa
tergantung pada amal perbuatannya. Jangan sampai engkau berkata, "Allah
Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha Mengampuni dosa mereka yang
bermaksiat." Ini merupakan ungkapan yang benar tapi ditujukan pada sesuatu
yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti kata Rasul Saw.,
"Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan beramal
untuk hari sesudah mati. Sedangkan
orang yang dungu adalah yang mengikuti
hawa nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah”.
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang
yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk
dengan sesuatu yang batil lalu berkata, "Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi dan
wali-Nya tanpa usaha dan
belajar." Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau
menanam, berdagang, atau
berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia memiliki
kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian
dari khazanah kekayaan-Nya sehingga
aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hamba-Nya." Jika engkau
mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua orang itu
bodoh dan engkau pasti mengejeknya
walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian
pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama
akan menertawakanmu jika engkau menuntut
ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, "Bagi manusia apa yang ia
usahakan" (Q.S. an-Najm: 39), "Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian" (Q.S. ath-Thar: 16), "Orang-orang
abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu
berbuat dosa berada di neraka
Jahim" (Q.S. al-Infithar:
13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari
harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk
akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik
di dunia maupun di akhirat.
Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan
syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran
jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan
engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam. Sedangkan
orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia diampuni.
Ini adalah
beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga harus
membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketakwaan secara batin. Hati
adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik. Tapi
jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah
untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati
menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah.
Ketahuilah bahwa 'sahabatmu' yang tak pernah berpisah
denganmu entah dalam keadaan diam, bepergian, tidur, diam, bahkan dalam hidup
dan matimu adalah Tuhan Penciptamu. Selama engkau mengingatNya, niscaya Dia
menjadi 'Teman dudukmu'. Sebab, Allah Swt. berkata, "Aku adalah teman
duduk bagi orang yang berzikir pada-Ku." Selama hatimu sedih karena
tak mampu menunaikan kewajiban agamamu, maka Dia senantiasa menyertaimu. Sebab
Allah Swt. berkata, "Aku berada
bersama mereka yang hatinya sedih karena-Ku." Apabila engkau betul-betul mengenali-Nya, niscaya engkau akan menjadikan-Nya sebagai 'sahabat' dan
niscaya engkau akan
meninggalkan yang lainnya. Jika engkau tak mampu
melaksanakan hal itu setiap waktu, maka engkau harus menyediakan waktu di malam dan di siang
hari untuk kau pergunakan berkhalwat bersama Tuhan dan merasakan kenikmatan
bermunajat kepada-Nya. Berkenaan dengan hal itu, engkau harus mengetahui adab-adab menjalin hubungan dengan Tuhan.
Yaitu, menundukkan kepala, menjaga pandangan mata, mengkonsentrasikan
pikiran, senantiasa diam, menenangkan anggota badan, segera mengerjakan
perintah, meninggalkan larangan, tidak menolak takdir, senantiasa berzikir dan
berpikir, mengutamakan yang hak atas yang batil, putus asa dari makhluk, tunduk
dengan perasaan hormat, risau diliputi oleh rasa malu, tenang dalam berusaha
karena yakin atas jaminan-Nya, bertawakal kepada karunia Allah Swt. Semua ini
harus menjadi karaktermu sepanjang siang dan malam. Itulah adab menjalin
hubungan dengan 'Teman yang tak pernah berpisah denganmu.' Adapun semua
makhluk, dalam waktu tertentu akan berpisah denganmu.
Jika engkau
seorang alim, maka adab yang kau harus kau perhatikan adalah sabar, selalu
santun, duduk dengan wibawa disertai kepala yang tunduk, tidak takabur
terhadap semua hamba kecuali pada mereka yang lalim dengan tujuan menghapus
kelalimannya, bersikap tawadu dalam setiap majelis dan pertemuan, tidak bersenda
gurau, menyayangi murid, berhati-hati terhadap orang yang sombong, memperbaiki
negeri dengan cara yang baik dan tidak marah, tidak malu untuk mengaku tidak
tahu, memperhatikan pertanyaan si penanya dan berusaha memahami pertanyaannya,
mau menerima hujah dan mengikuti yang benar dengan kembali kepadanya manakala
ia salah, melarang murid mempelajari ilmu yang berbahaya dan mengingatkannya agar tidak menuntut ilmu
untuk selain rida Allah Swt, melarang murid
sibuk dengan hal-hal yang bersifat fardu kifayah sebelum menyelesaikan yang
fardu ain (yang termasuk fardu ain adalah memperbaiki yang
lahir dan batinnya dengan takwa) serta membekali dirinya terlebih dahulu dengan
sikap takwa tersebut agar sang murid bisa mencontoh amalnya, kemudian mengambil
manfaat dari ucapannya.
Jika engkau seorang murid, maka adab yang harus dimiliki
oleh seorang murid terhadap gurunya adalah mendahuluinya dalam memberi hormat
dan salam, tidak banyak berbicara di hadapannya, tidak mengatakan apa yang tak
ditanya oleh gurunya, tidak bertanya sebelum diberi izin, tidak mengungkapkan
sesuatu yang bertentangan dengan ucapannya, misalnya dengan ber- kata,
"Pendapat si fulan berbeda dengan dengan ucapanmu", tidak menunjuk sesuatu
yang berseberangan dengan pendapatnya sehingga terlihat ia lebih tahu tentang
yang benar daripada gurunya, tidak bertanya kepada teman duduk gurunya dalam
majelisnya, tidak menoleh ke sekitarnya, melainkan ia harus duduk dengan menundukkan
pandangan disertai sikap tenang dan etika sebagaimana ketika menunaikan salat. Murid
juga tak boleh banyak bertanya ketika guru sedang bosan. Jika guru berdiri maka
sang murid juga harus berdiri untuknya, tidak diikuti dengan pembicaraan dan
pertanyaan, tidak bertanya kepadanya dalam perjalanan menuju
rumah.
Tidak berburuk sangka pada perbuatan-perbuatan yang secara lahiriah tidak
bisa diterima, karena ia lebih mengetahui rahasia dibalik itu semua. Sehubungan
dengan hal itu perhatikan pertanyaan Musa a.s kepada Nabi Khidir a.s, “apakah
engkau sengaja melubangi perahu itu untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh
kamu telah melakukan kesalahan yang besar” (Q.S al-Kahfi: 71) ia salah dalam
menyikapi perbuatan Nabi Khidir a.s. karena bersandar pada apa yang tampak
secara lahir.
Jika engkau mempunyai kedua orang tua, maka
adab seorang anak kepada
kedua orang tuanya adalah memerhatikan
ucapan mereka, berdiri manakala mereka berdiri, mengerjakan perintah mereka, tidak berjalan di depan
mereka, tidak meninggikan suara di atas suara mereka, menyambut panggilan
mereka, mencari rida mereka, merendahkan diri di hadapan mereka, tidak mengungkit-ngungkit amal bakti yang
telah dilakukan kepada mereka, tidak menatap mereka secara tajam, tidak
bermuka masam kepada mereka, dan tidak pergi kecuali dengan izin mereka.
Ketahuilah!
Setelah itu manusia terbagi atas tiga kelompok: sebagai teman, sebagai
kenalan, atau sebagai orang awam (orang bodoh).
1. Bergaul Dengan Orang Awam
(Bodoh)
Jika engkau
kebetulan bertemu dengan orang bodoh, maka hendaknya engkau tidak ikut serta
dalam pembicaraan mereka, mengabaikan ucapan-ucapan dusta mereka, tidak
memperhatikan ucapan-ucapan buruk mereka, berusaha untuk tidak sering bertemu
dan butuh pada mereka, mengingatkan perbuatan mungkar mereka secara lemah lembut,
serta memberikan nasihat
manakala diharapkan bisa mereka terima.
2. Bergaul dengan Saudara atau
Teman
Sedangkan
terhadap saudara dan teman, ada dua tugas yang harus kau perhatikan:
Tugas pertama,
Terlebih dahulu
engkau harus melihat kriteria orang yang bisa dijadikan sahabat atau teman.
Jangan engkau bersahabat kecuali dengan orang yang benar-benar layak dijadikan
saudara atau sahabat. Rasulullah Saw. bersabda, "Seseorang bergantung pada
agama teman karibnya. Oleh karena itu, hendaknya kalian memperhatikan siapa yang harus
dijadikan teman karib." Manakala engkau ingin mencari teman yang bisa
menyertaimu dalam belajar serta bisa menemanimu dalam urusan agama dan dunia,
perhatikan lima hal berikut ini:
1. Akal. Tidak ada untungnya bergaul dengan orang bodoh
karena bisa berakhir kepada
kemalangan dan terputusnya
hubungan. Paling-paling mereka hanya akan
memberikan mudarat kepadamu serta ingin memanfaatkanmu. Musuh yang pandai lebih baik daripada
teman yang bodoh. Imam Ali r.a. berkata:
Janganlah engkau bergaul dengan orang
bodoh
Hendaknya kau betul-betul menghindarinya
Betapa
banyak orang bodoh yang menghancurkan
si penyabar ketika ia menginginkannya
Seseorang
diukur dengan orang lain
di mana orang itu mengikutinya
Seperti
sepasang sendal yang sama
di mana sendal itu menyerupainya
Sesuatu
dan yang lain
mempunyai ukuran dan kemiripan
Hati
yang satu menjadi petunjuk
bagi hati yang lain ketika berjumpa
2. Akhlak Yang Baik. Jangan engkau bersahabat dengan orang yang buruk akhlaknya. Yaitu, orang yang tak
bisa menahan diri ketika muncul amarah
dan syahwat. Alqarnah al-'Atharidi rahimahullah, dalam wasiatnya kepada
putranya manakala akan wafat, telah mengungkapkan
hal itu, “Wahai anakku, jika engkau ingin bergaul dengan manusia, bergaullah
dengan orang yang jika kau layani dia menjagarnu, jika kau temani dia
membaguskanmu. Bersahabatlah dengan orang yang jika engkau ulurkan tanganmu
untuk kebaikan ia juga mengulurkannya, jika melihat kebaikanmu ia
mengingatnya, dan jika melihat keburukanmu ia meluruskannya. Bersahabatlah
dengan orang yang jika engkau mengungkapkan sesuatu, ia membenarkan ucapanmu
itu, jika engkau mengusahakan sesuatu ia membantu dan menolongmu, serta jika
kalian berselisih dalam sebuah persoalan ia mengalah padamu." Imam Ali
r.a. mengungkapkan syair rajaznya:
Sesungguhnya
saudaramu adalah yang ada bersamamu,
yang membiarkan dirinya menderita demi kepentinganmu,
Dan yang jika bingung dia
menjelaskannya padamu
Dia
rusak integritas dirinya untuk mengumpulkan dirimu
3. Baik Dan Saleh. Jangan
engkau bersahabat dengan orang fasik yang selalu berbuat maksiat besar. Karena,
orang yang takut kepada Allah tak akan terus berbuat maksiat besar. Engkau tak
akan aman dari bencana yang ditimbulkan oleh orang yang berbuat maksiat besar
itu. Ia akan selalu berubah-rubah sikap sesuai dengan kondisi dan kepentingan.
Allah Swt. berfirman, "Jangan engkau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya
dari berzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya. Orang itu telah
betul-betul melampaui batas" (Q.S. al-Kahfi: 28). Hindarilah bergaul dengan orang fasik. Sebab, selalu
menyaksikan kefasikan dan maksiat akan membuatmu toleran dan meremehkan
maksiat. Karena itu, hatimu akan memandang remeh masalah gibah. Seandainya
mereka melihat cincin emas atau pakaian sutera yang dipergunakan seorang fakih,
mereka akan sangat mengingkarinya. Padahal, gibah lebih hebat daripada itu.
4. Tidak Tamak terhadap Dunia. Bergaul
dengan orang yang tamak terhadap
dunia merupakan racun yang membunuh. Sebab, kecenderungan untuk meniru sudah
menjadi hukum alam. Sebuah tabiat bisa mencuri tabiat lainnya tanpa disadari.
Dengan demikian, berteman dengan orang tamak bisa membuatmu lebih tamak, sebaliknya
berteman dengan orang zuhud bisa membuatmu lebih zuhud.
5. Jujur. Jangan engkau
bersahabat dengan pembohong karena
bisa jadi engkau tertipu olehnya. Ia seperti fatamorgana. Ia membuat dekat yang
jauh darimu dan membuat jauh yang
dekat darimu.
Bisa jadi kelima
hal ini tidak kau dapati pada
orang-orang yang berada di
sekolah atau di mesjid. Dengan demikian, engkau harus memilih salah satu, entah mengasingkan diri
karena hal itu akan membuatmu selamat, atau
engkau bergaul dengan mereka sesuai dengan karakter mereka.
Hendaknya engkau mengetahui bahwa
saudara itu ada tiga macam:(1) Saudara untuk akhiratmu. Dalam hal ini
engkau harus melihat pada agamanya. (2) Saudara untuk duniamu. Dalam
hal ini, engkau harus memperhatikan akhlaknya. (3) Saudara untuk
bersenang-senang
Dalam hal ini engkau harus selamat dari
kejahatan, fitnah, dan keburukannya.
Manusia itu ada
tiga jenis: ada yang seperti makanan
dimana memang selalu diperlukan, ada yang seperti obat di mana hanya
sewaktu-waktu saja diperlukan dan ada pula yang seperti penyakit di mana sama
sekali tak diperlukan, tapi
seorang hamba kadangkala diuji dengannya. Jenis yang ketiga inilah yang tidak menyenangkan dan tidak pula
memberikan manfaat Maka, engkau harus berpaling darinya agar selamat. Ketika menyaksikan tingkah lakunya kalau paham engkau akan mendapatkan manfaat
yang besar. Yaitu, dengan menyaksikan
kondisi dan perbuatannya yang buruk, engkau akan membenci dan menghindar
darinya. Orang yang bahagia adalah
yang bisa mengambil pelajaran dari
orang lain. Seorang mukmin merupakan cermin bagi mukmin yang lain. Nabi Isa
a.s. pernah ditanya, "Siapa yang telah mengajarkan adab padamu?" Nabi
Isa a.s. menjawab, "Tak ada yang mengajariku. Tapi aku melihat kejahilan orang bodoh, maka aku pun
menghindarinya." Benar sekali yang beliau katakan. Seandainya manusia
meninggalkan apa yang mereka benci dari orang lain, adab mereka akan menjadi
sempurna dan tak perlu lagi kepada para muaddib (orang yang mengajarkan adab
atau etika).
Tugas kedua,
Memperhatikan hak-hak persahabatan. Manakala telah terjalin persekutuan, telah
terbina hubungan antara engkau dengan temanmu itu, maka engkau harus
memperhatikan hak-hak dan adab-adab persahabatan. Nabi Saw. bersabda,
"Perumpamaan dua orang saudara adalah seperti dua tangan, yang satu
membersihkan yang lain." Nabi Saw. pernah masuk ke dalam semak belukar
lalu memetik dua ranting siwak, yang satu bengkok dan yang satu lagi lurus.
Waktu itu beliau bersama para sahabatnya. Lalu beliau memberikan yang lurus
sedangkan yang bengkok beliau simpan untuk dirinya sendiri, lantas mereka
bertanya, "Wahai Rasulullah engkau yang lebih berhak atas ranting yang
lurus ini daripadaku." Nabi Saw. menjawab, "Tidaklah seseorang
menyertai temannya walaupun sesaat di waktu siang, melainkan ia ditanya, 'Apakah
ia telah menunaikan hak Allah Swt. dalam persahabatannya itu atau justru ia
melalaikannya.' Nabi Saw. juga berkata, "Tidaklah dua orang bersahabat,
melainkan yang paling dicintai Allah Swt. adalah yang paling mengasihi temannya."
Adab dalam
bergaul atau bersahabat adalah mengutamakan teman dalam hal harta. Jika tidak,
maka dengan mengeluarkan kelebihan harta ketika dibutuhkan,atau membantu
dengan jiwa saat diperlukan secara langsung tanpa diminta, menyimpan rahasia,
menyembunyikan aib, tak menyampaikan cemoohan orang kepadanya,memberitakan
pujian orang kepadanya, penuh perhatian terhadap
apa yang dibicarakannya, memanggil dengan nama
yang paling disukainya, memuji kebaikannya, berterima kasih atas bantuannya, membela kehormatannya di saat ia tidak ada sebagaimana ia
membela kehormatannya
sendiri, menasihatinya dengan lemah lembut dan jelas jika memang diperlukan, memaafkan ketika ia salah dan tidak malah mencaci, mendoakannya di saat berkhalwat dengan Allah, baik ketika masih
hidup maupun ketika sudah meninggal, tetap setia kepada keluarga dan kerabatnya
manakala ia sudah meninggal dunia, ikut
meringankannya dan bukan justru memberatkan hajatnya,
menghibur hatinya dari segala kerisauan, menampakkan kebahagiaan atas kemudahan
yang ia dapatkan, bersedih atas hal buruk yang menimpanya, menyembunyikan di
dalam hati apa yang ia sembunyikan sehingga ia benar-benar setia secara lahir
maupun batin, mendahuluinya dalam
mengucapkan salam ketika bertemu, melapangkan majelis untuknya, membantunya ketika
berdiri, serta diam ketika ia berbicara sampai selesai dengan tidak menyela
atau memotongnya. Ringkasnya, hendaknya ia memperlakukan temannya itu
sebagaimana ia senang kalau diperlakukan demikian. Siapa yang tak mencintai
saudaranya sebagaima ia mencintai dirinya sendiri, berarti ia telah dihiasi
nifak (sifat munafik). Ini merupakan bencana baginya di dunia dan di akhirat.
Itulah adab-adab yang harus kau perhatikan berkenaan
dengan hak orang awam yang bodoh dan hak para sahabat.
3. Bergaul Dengan Kenalan
Hati-hatilah
terhadap mereka karena sesungguhnya engkau tidak mengenal keburukan kecuali
dari orang yang telah kau kenal.
Adapun seorang teman, maka ia adalah
orang yang bisa membantumu, sedangkan seorang awam tak akan berpengaruh bagimu. Sesungguhnya keburukan itu semuanya berasal dari
para kenalan yang menampakkan persahabatan lewat lidah mereka. Oleh karena itu,
usahakan untuk mengabaikan mereka. Apabila engkau terpaksa berhadapan dengan
mereka di sekolah, di mesjid, di pasar, atau di sebuah negeri, engkau tak
boleh menghinakan mereka. Sebab, engkau tak mengetahui bisa jadi ia lebih baik
darimu.
Jangan pula
engkau mengagungkan dunia yang mereka miliki karena engkau bisa binasa. Sebab,
dunia dan isinya dalam pandangan Allah Swt. sangat kecil. Betapapun hebatnya
penduduk dunia menurutmu, ia tetap jatuh di mata Allah Swt. Engkau tak boleh
mengorbankan agamamu guna mendapat dunia mereka. Orang yang melakukan hal itu
pasti menjadi rendah di mata mereka, dan untuk selanjutnya tak akan diberi.
Apabila mereka memusuhimu, jangan kau lawan dengan permusuhan pula karena
engkau tak mungkin bisa sabar menghadapi perlawanan mereka karena agamamu dapat
menjadi pudar karenanya dan engkau akan kepayahan.
Jangan merasa
senang dengan penghormatan, sanjungan, dan kecintaan yang mereka berikan.
Karena, sebenarnya satu persen pun hal itu tak ada dalam hati mereka. Jangan
engkau kaget dan marah kalau mereka mencelamu ketika engkau tidak ada, karena
jika engkau jujur, hal itu juga engkau lakukan bahkan terhadap sahabat,
kerabat, guru, dan kedua orang tuamu. Engkau juga menyebut-nyebut di belakang
mereka apa yang tak kau ucapkan di hadapan mereka. Jangan engkau bersikap
tamak terhadap harta, kedudukan, dan bantuan mereka. Karena, orang yang tamak
akan gagal pada hari kemudian. Sikap tamak tersebut betul-betul hina. Jika
engkau meminta kebutuhanmu pada seseorang, lalu ia memenuhinya, maka berterima
kasihlah pada Allah dan padanya. Tapi
manakala orang itu tak bisa membantumu,
jangan engkau mencela dan mengeluhkannya karena hal itu bisa menimbulkan sikap permusuhan. Jadilah seorang mukmin yang selalu pemaaf.
Jangan menjadi seorang
rnunafik yang hanya mencari salah. Katakanlah, "Dia memang tak bisa memberi karena alasan tertentu yang tak
kuketahui."
Jangan
sekali-kali engkau menasihati seseorang sebelum terlebih dahulu engkau melihat
tanda-tanda ia akan menerimanya. Jika tidak, ia tak akan mendengar dan hanya
akan menjadi musuhmu. Jika mereka
berbuat salah dalam satu persoalan dan mereka tetap tak mau belajar, maka
jangan engkau mau mengajari mereka. Sebab mereka hanya akan memanfaatkan ilmumu
dan akan menjadi musuhmu. Kecuali jika sikap mereka itu terkait dengan
maksiat yang mereka lakukan, maka ingatkan mereka pada kebenaran secara lemah
lembut dan tidak kasar. Jika engkau lihat sikap mereka baik, bersyukurlah kepada Allah yang telah
menjadikanmu dicintai oleh mereka. Tapi kalau mereka bersikap buruk, maka
serahkan diri mereka
kepadaAllah Swt. Dan berlindunglah
engkau pada Allah Swt. dari keburukan mereka itu. Jangan engkau mencerca
mereka. Begitu pula, jangan engkau
berkata pada mereka, "Mengapa engkautak menghormatiku? Aku adalah Fulan
bin Fulan. Aku seorang yang mulia
dalam segi ilmu." Itu adalah ucapan seorang yang dungu. Orang yang paling
dungu adalah orang yang menganggap
dirinya bersih lalu menyanjung diri sendiri. Ketahuilah bahwa Allah Swt.
membuat mereka bisa menguasaimu akibat dosamu sebelumnya. Oleh karena itu, istigfarlah terhadap dosamu
itu dan sadarlah bahwa hal itu
merupakan hukuman Allah atasmu. Perhatikan hak-hak mereka, abaikan perbuatan
batil mereka, ungkapkan kebaikan mereka, serta diamkan keburukan mereka.
Janganlah engkau bergaul dengan Para fakih,
terutama mereka yang sibuk dengan perselisihan dan perdebatan.
Waspadalah terhadap mereka. Karena kedengkian, mereka memang sedang
menantikanmu terjatuh dalam
keraguan, lalu mematahkanmu dengan prasangka, mata mereka menguntitmu dari
belakang, mereka terus mengingat kesalahanmu saat bergaul dengan mereka sehingga hal itu bisa menjadi
senjata untuk menghadapimu ketika mereka marah dan berdebat kusir. Mereka tak
akan memaafkan dan mengampuni kesalahanmu itu, serta tidak pula menutupi aibmu.
Mereka selalu membuat perhitungan denganmu, dengki baik pada yang sedikit maupun
yang banyak, serta terus menghasungmu untuk mencela dan membenci teman dan
saudara. Jika senang, mereka akan bertutur kata manis. Sebaliknya, jika marah
dalam hati mereka terpendam murka. Dari luar yang tampak pakaiannya, sementara
dari dalam mereka layaknya serigala. Inilah yang terjadi pada sebagian besar
mereka, kecuali orang-orang
yang dilindungi Allah Swt. Bergaul dengan mereka hanya membawa kerugian dan
berteman dengan mereka hanya membawa penyesalan.
Itu sikap mereka
yang menunjukkan persahabatan denganmu. Lalu bagaimana dengan mereka yang jelas-jelas memusuhimu? Al-Qadhi Ibn
Ma'ruf rahimahullah Ta'ala. berkata:
Berhati-hatilah
terhadap musuhmu sekali
namun
berhati-hatilah terhadap temanmu seribu kali
Bisa jadi
temanmu itu berubah
dan
dikenal paling berbahaya
Makna yang sama juga terdapat
dalam syair berikut:
Musuhmu lebih
bermanfaat daripada sahabatmu
Maka
itu, jangan engkau memperbanyak sahabat
Sungguh kebanyakan penyakit yang kau lihat
berasal
dari makanan atau minuman
Berusahalah engkau menjadi
seperti yang dikatakan oleh Hilal bin al-Ala' ar-Raqi:
Ketika aku
memberi maaf dan tidak dengki
pada seseorang
Aku
istirahatkan diriku dari risaunya permusuhan
Aku hormati
musuhku manakala melihatnya
guna
menghilanghan keburukanku dengan penghormatan
Aku tampakkan
keceriaan pada orang yang kumurka
Seakan-akan ia telah membuat hatiku bahagia
Aku tak
selamat dari orang yang tak kukenal
maka
bagaimana aku bisa selamat dari orang yang kucinta
Manusia
adalah penyakit dan obatnya adalah meninggalkan mereka
tapi
memusuhi mereka berarti memutuskan hubungan saudara
Berdamailah
dengan mereka agar engkau selamat dari musibahnya
dan
usahakan selalu untuk mendapatkan cinta
Bergaullah
dengan manusia dan sabarlah dalam menghadapi mereka
Hendaknya
engkau tuli, bisu, dan buta, serta warak
Demikian pula hendaklah engkau seperti yang disebutkan oleh Para ahli hikmat: Hadapilah teman yang dan musuhmu dengan wajah rida, tidak bersikap hina, dan tidak pula
takut pada mereka. Sebaliknya engkau harus berwibawa, tapi tidak sombong dan harus bersikap tawadu. Jadi, pada semua persoalan,
engkau harus bersikap
pertengahan. Sebab, semua yang ekstrem akan tercela, sebagaimana disebutkan:
Engkau harus bersikap
pertengahan karena ia
merupakan cara yang tepat menuju jalan yang
benar
Jangan engkau teledor atau keterlaluan di dalamnya
karena
masing-masing sikap itu adalah tercela
Jangan engkau
melihat ke arah samping, jangan banyak
menoleh ke belakang, serta jangan
memperhatikan kelompok-kelompok orang. Apabila engkau duduk, maka duduklah
dengan tidak tergesa-gesa. Hindarilah memasukkan jari-jarimu ke dalam
jari-jari yang lain, memainkan
janggut atau memainkan cincinmu, membersihkan gigi, memasukkan jari ke hidung,
banyak meludah, mengusir lalat dari wajah, serta hilir-mudik di depan orang-orang dan di dalam salat.
Duduklah dengan
tenang. Aturlah bicaramu dan dengarkan ucapan yang baik yang datang dari orang
lain dengan tidak keterlaluan dalam menunjukkan kekaguman. Jangan memintanya
untuk mengulang. Berpalinglah dari pembicaraan yang membuat tawa dan yang
berupa kisah. Jangan engkau beritakan kekagumanmu tentang anakmu. Juga, jangan
kau sampaikan syair, pembicaraan, tulisan, serta semua yang khusus untukmu.
Jangan berhias seperti wanita. Jangan merendahkan diri seperti seorang budak.
Jangan terlalu banyak bercelak dan dipoles. Jangan memaksa ketika butuh dan
jangan menghasung orang lain untuk berbuat lalim.
Jangan engkau
memberitahukan jumlah harta kekayaanmu kepada salah seorang keluargamu, kepada
anakmu, apalagi kepada orang lain. Karena, jika mereka melihatnya sedikit,
engkau akan hina di mata mereka dan jika banyak, mereka tak akan senang
kepadamu. Hindari mereka tapi tidak dengan sikap keras. Lembutlah pada mereka
tapi tidak dengan sikap lemah. Jangan engkau candai ibumu atau budakmu, karena
dengan demikian harga dirimu bisa jatuh. Apabila engkau berselisih maka tetap
jaga wibawa dan kehormatan. Jangan sampai engkau berbuat jahil dan
tergesa-gesa. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum mengeluarkan argumen. Jangan
banyak menunjuk dengan tangan. Jangan banyak menoleh ke orang di belakangmu.
Jangan berlutut.
Apabila marahmu
telah mereda, baru berbicara. Jika sultan atau penguasa mendekatimu, engkau
harus betul-betul waspada terhadapnya. Hindarilah teman yang ada maunya,
karena ia musuh yang paling utama. Dan jangan sampai engkau lebih memuliakan
harta ketimbang kehormatanmu.
Penjelasan ini
cukup bagimu sebagai permulaan dari sebuah hidayah. Cobalah dirimu untuk
mengaplikasikannya. Jadi ada tiga bagian: melakukan amal ketaatan,
meninggalkan maksiat, dan bergaul dengan sesama. Itu semua sudah mencakup
hubungan antara seorang hamba dan Khalik serta makhluk-Nya. Jika engkau merasa
hal itu sesuai dengan dirimu, kemudian engkau condong serta ingin melakukannya,
berarti Allah telah memercikkan cahaya iman ke dalam hatimu dan telah melapangkan
dadamu.
Sadarilah bahwa
permulaan ini mempunyai akhir dan di
baliknya ada berbagai rahasia, pengetahuan, dan hal-hal yang tersingkap. Semua
itu telah kami jelaskan dalam Kitab Ihya' Ulumiddin. Karena itu berusahalah
untuk mempelajarinya. Namun, jika engkau merasa berat dalam melakukan berbagai
pelajaran di atas, lalu mengingkarinya dan engkau berkata pada dirimu sendiri,
"Apa gunanya ilmu tersebut dalam forum para ulama? Kapankah pengetahuan
tersebut bisa membuatmu mengalahkan para rekan dan rival? Bagaimana ia bisa
menaikkan kedudukanmu di pemerintahan? Bagaimana mungkin ia bisa menyebabkanmu
memperoleh harta serta jabatan ahli wakaf dan hakim?" Maka sadarlah bahwa
setan telah menjerumuskanmu dan telah membuatmu lupa terhadap tempat
kembalimu. Maka itu carilah setan lain yang sejenis denganmu guna mengajarkan
apa yang kau sangka bermanfaat dan bisa mengantarmu memperoleh keinginanmu.
Kemudian, ketahuilah bahwa milikmu yang berada di tempatmu tidak betul-betul
murni menjadi milikmu apalagi yang berada di desa.atau di negerimu. Selain itu, engkau juga
tak kan mendapat kekayaan abadi dan nikmat yang kekal di sisi Tuhan.
Wassalamualaikum
wa rahmatullah wa barakaatuhu.
Segala puji bagi Allah, Yang
Mahapertama, Yang Maha Terakhir, Yang Mahatampak dan Yang Maha Tersembunyi. Tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung. Salawat dan salam atas Nabi
Muhammad, beserta keluarga dan para sahabat beliau semua.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kita
dan menyempurnakan penciptaan kita tersebut, yang telah mengajarkan dan
memperbagus adab kita, serta yang telah memuliakan kita dengan Nabi-Nya, Muhammad
Saw.
Akhlak yang
paling mulia dan paling tinggi, serta perbuatan yang paling baik dan paling
agung adalah memiliki adab dalam agama, mengikuti perbuatan Tuhan sekalian
alam, serta mempunyai akhlak para nabi dan rasul. Allah Swt. telah mengajarkan
adab kepada kita di dalam Alquran lewat berbagai penjelasannya. Dia juga telah
mengajarkan adab kepada kita lewat Nabi Muhammad Saw. di dalam sunah dengan
sesuatu yang wajib kita lakukan. Jadi, beliau telah berjasa besar. Begitu pula
para sahabat, tabiin, dan semua mukmin yang beradab. Karenanya, kita diharuskan
untuk mencontoh mereka. Persoalan adab ini merupakan persoalan yang sangat
penting dan jumlahnya banyak. Kami akan menyebutkan
sebagian saja agar penjelasannya tidak begitu panjang sehingga sulit dipahami.